Mbak..mbak... lampunya njeglek? Ketuk si mak (pembantuku) jam 3 dini hari tadi. Dengan mata setengah tertutup, aku keluar, trus mencari kotak listrik di luar. Si Elang juga narik-narik baju, ketakutan.
"Diem dulu, mama mau nyalain lampu," kataku ke Elang yang udah mau nangis.
Klik, lampu nyala lagi. Tapi rasa was-was belum hilang. Menurutku, kalau ada yang njeglek, berarti ada yang konslet. Wah.... apalagi nih yang rusak. Batinku dalam hati.
Alhamdulillah besoknya nggak ada lagi mati lampu. Hanya colokan di dapur mungkin konslet dan mati. Udah diganti.
Sebelumnya, kran di dapur juga rusak, genteng bocor dan pipa ke dapur bocor. Semua tentu saja harus gue pikirin benerinnya.
Rasa males dan sebel emang ada kalo ada peralatan yang rusak. Wah, coba ya kalo punya suami, semua pasti bisa beres, selalu begitu pikirku. Perempuan nggak usah repot-repot, malem-malem nyari pipa dll.
Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Tuhan menyuruh aku untuk jadi wanita yang mandiri. Ada hikmah dibalik semua ini. Kalau Tuhan tidak mengambil mas Eko, mungkin gue hanya seorang wanita cengeng seperti yang lainnya.... seperti dulu.
Dulu, ketika ada mas Eko, bayar listrik pun aku ga mau tahu. Semua serba beres. Aku nggak pernah mau tau urusan tetek bengek, terima beres, terima duit. Tapi ketika mas Eko nggak ada, semua harus bisa gue tangani sendiri.
Termasuk ketika melahirkan Dimas. Mungkin hanya gue wanita yang dateng sendiri ke rumah sakit, ngurus administrasi sebelum operasi cesar sendiri, menanggung sakit sendiri, bawa anak imunisasi sendiri, bawa anak ke RS sendiri, menunggu anak dirawat di RS sendiri.....
Sedih? Pasti iya. Airmata rasanya sudah habis untuk menangisi semua. Separuh jiwa juga sudah mati rasanya. Lelah pun semakin menjadi-jadi seiring berjalannya waktu
Tapi Tuhan mungkin memang ingin menjadikanku berbeda. Dan perbedaan itulah yang membuatku istimewa. Sesempurna Airmata yang terus mengalir....
No comments:
Post a Comment