Kehilangan bukan akhir segalanya. Syukuri apa yang kita miliki hari ini sekecil apapun. Karena esok belum tentu kita masih memilikinya...Thanks God for everything....
Thursday, February 23, 2006
It's been a hard week
Pulang malem terus, diprotes Elang. "Mama sih pulangnya malem melulu. Payah,"....hiks. Serba salah ya....
Kalau udah begini, paling malem-malem cuman bisa ngeluarin air mata. Trus juga gue jadinya merindukan sekali mas Eko. Dulu ketika dia masih ada, kalau ada masalah, gue selalu merasa nyaman ada di deket dia. Pokoknya dia itu orang yang pinter banget membuat orang merasa bahwa semua masalah pasti akan bisa terselesaikan.
"Masalah itu dibuat oleh Tuhan bukan untuk menyusahkan, tapi untuk mendewasakan." Itu mungkin pesan yang bisa gue tangkep dari semua omongan Mas Eko.
Dan kalau ada masalah, biasanya gue menyusup dalam pelukan hangatnya... Duh, bener-bener kangen deh... Can you see me in heaven?
Miss you....
Tanya Diri Sendiri: Mau Dibawa Kemana Hidup?
Sebenarnya apa yang menjadi motivasi orang-orang yang terobsesi untuk menikah ? yuk, simak uraian berikut :
1. Sindrom "Butuh Pria"
Banyak wanita berusia pertengahan dua puluhan yang merasa hubungan dengan pacarnya tidak seperti yang didambakan. Tapi banyak dari mereka memutuskan tetap menikah dengan pasangannya karena merasa tidak bisa hidup tanpa pria. Akibatnya terjadi semacam shock di awal pernikahan. Menurut Mary Jo Fay, konsultan di situs helpfromsurvivor.com, jika Anda memiliki sindrom "butuh pria", ingatlah bahwa orangtua Anda telah mengurus Anda dengan baik, berpikirlah dua kali karena berada di bawah "asuhan" pasangan yang sebenarnya tidak cocok hanya akan membawa Anda dalam hubungan yang tidak sehat.
2. Target hidup
Biasanya perempuan selalu menetapkan target pencapaian berdasarkan umur, dan dibuat sangat spesifik. Misalnya menikah di usia 23, punya anak paling lambat 25 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh beberapa psikolog, sebenarnya perempuan, sama halnya dengan pria juga takut untuk berkomitmen, tetapi "target-target" tadi menekan mereka. Semakin dewasa dan makin luasnya wawasan, biasanya mereka akan melupakan target tadi. Bukankah lebih baik menunda pernikahan daripada terperangkap dengan orang yang salah ?
3. Tik Tok
Jam biologis masih menjadi salah satu faktor mengapa banyak perempuan muda memutuskan cepat menikah. Ketika seorang wanita menjalin hubungan dengan seorang pria, yang mereka inginkan adalah sebuah hubungan yang serius, dalam arti dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Terlebih jika usia sudah masuk kepala tiga, bayangan menggendong bayi sudah menari-nari di kepala.
4. Lingkungan dan Keluarga
Hidup dalam masyarakat yang ikatan kekeluargaannya masih kuat seperti di Indonesia tidak selalu enak. Salah satunya adalah tuntutan dan desakan dari keluarga besar jika ada salah satu anggota keluarga yang belum menikah. Ada sebagian keluarga yang menggangap bercerai masih lebih baik "ketimbang" tidak menikah sama sekali. Usia 30 tahun adalah angka keramat, jika sampai usia tersebut perempuan belum menikah dan tidak ada tanda-tanda menjalin hubungan serius, orang akan berpikir apakah ada yang salah.
5. Uang
Desakan ekonomi ternyata menjadi salah satu alasan sebagian perempuan untuk menikah. Memiliki suami kaya raya, hidup enak tanpa perlu bekerja keras masih menjadi impian. Banyak pula yang akhirnya bercerai ketika usia perkawinan mereka belum berjalan 5 tahun. Pati (35)seorang ibu satu anak dan sudah bercerai di usia 29 tahun, membagi pengalamannya : "meski mantan suami saya berasal dari keluarga kaya, tetapi sejak tahun lalu ia berhenti memberi tunjangan pada anak kami. Sekarang saya melanjutkan kuliah dan bekerja keras membesarkan anak saya, kelak ketika ia akan menikah saya akan memastikan ia menikah karena cinta, bukan uang".
Membuat deadline kapan menikah
Do’s
Realistis
Membuat deadline kapan kita akan menikah sah-sah saja, tergantung apa motivasi yang melatar belakanginya. Dengan adanya deadline kita akan bekerja keras untuk mencapai tujuan, asalkan bukan menikah hanya untuk melengkapi tujuan
Tahu apa yang dicari
Tanyalah pada diri sendiri ; bagaimana kita ingin menjalani hidup ? dengan siapa ? di mana ? setelah semua pertanyaan itu terjawab, siapa tahu Anda akan sadar kalau selama ini hanya membuang waktu karena berhubungan dengan orang yang salah.
Hargai target pasangan
Jika sekarang Anda sudah menemukan Mr.Right tetapi ia belum ingin menikah, bersabarlah. Kita tentu tahu kalau pria biasanya takut berkomitmen, bukan berarti si dia tak ingin serius, bisa jadi itu karena ia sedang menikmati masa-masa berpacaran. Kebanyakan wanita merasa dikejar deadline dan takut tidak jadi menikah dengan pasangannya, justru yang sebenarnya adalah jika kita terlalu menekan bisa-bisa si dia kabur ketakutan. Pernikahan bisa terjadi jika dua belah pihak sudah siap bukan ?
DON’T...
Menikah menjadi tujuan hidup
Lebih baik menunda atau bahkan menolak lamaran jika hati kecil kita mengatakan tidak, daripada menghabiskan hidup tanpa rasa bahagia. Masih ingat kisah Becky di atas bukan ? karena obsesinya untuk menikah ia jadi "gelap mata" dengan menjalin hubungan dengan pria yang salah.
Semua dijadikan beban
Mari kita andaikan deadline Anda telah lewat dan Anda masih juga melajang. Atau misalnya Anda telah menjalin hubungan dengan seorang pria yang baik tetapi he’s not the one, dan Anda merasa kesal karena merasa membuang waktu dengannya. Sebenarnya tidak ada yang sia-sia, jadikan pengalaman itu sebagai pelajaran. Itu yang disebut dewasa. Tidak ada yang bisa menggantikan pengalaman hidup dari kesalahan yang pernah kita buat, karena dari situ kita justru bisa memilih orang yang lebih baik.
Lupa bersyukur
Seringkali kita jadi kecewa dan merasa jadi orang yang paling berbahagia dan hidupnya tidak lengkap karena masih melajang. Kita jadi lupa kalau kita dikelilingi orang-orang yang sayang dan perhatian ; keluarga, sahabat, teman-teman. Ibarat pepatah, karena nila setitik rusak susu sebelangga.
Wanita yang percaya bahwa dirinya tetap manusia yang utuh tanpa pria, tetapi juga menikmati hidup dan membaginya dengan pria telah terbukti memiliki perasaan yang kuat dan biasanya memiliki hubungan yang sehat dan menyenangkan dengan pasangannya. Dan wanita-wanita dalam golongan ini sudah merdeka dari tuntutan deadline. Biarkan semua mengalir dengan wajar, tak ada yang perlu dikejar. Selama kita tetap membuka diri untuk bertemu banyak orang, seseorang yang istimewa akan datang pada saat yang tepat.
Now, just decide .....
Tuesday, February 21, 2006
Home Sweet Home
Trus ada juga ruang makan, tempat nongkrong di cingong, kucing kesayangan kita. Dan yang juga paling favorit tuh warung kecil kita. Warung itu sebenarnya kecil banget, dagangannya juga biasa aja. Tapi entah kenapa, itu jadi tempat favorit kita buat main-main. Karena bisa langsung melihat ke jalan utama Puri Gading.
Sekarang rumah itu warnanya pink. Tapi Elang bilang, "Ma, aku bosen deh warna itu. Ganti dooonk". Sebenarnya sih pengen ganti cat juga. Tapi warna apa ya.... hmmmmmm.....
Any idea?
Fans Berat Extravaganza
Episode favorit kita itu pas bintang tamunya Peterpan. Disitu, si Aming ngejar-ngejar Ariel. Kita bertiga ketawa nggak ada habis-habisnya...
Kadang-kadang si Dhimas itu kalo nggak mau sisiran, kita ledekin, "Nanti kayak Aming lho dik,". Pasti terus dia mau sisiran. Dhimas juga marah kalau dikatain kayak Amin. Hehehe, anak kecil aja serem liat Aming.
Kalo Elang selalu merasa dirinya seperti Rony Dozer karena sama-sama ukurannya besar. Tapi gue hibur, biar gendut kayak rony, tapi Elang ganteng kayak Tora. Hehehe.
Trus Elang itu punya temen cewek namanya Hani. Gendut juga. Kalo mereka duduk berduaan, persis kayak Tike sama Rony Dozer. hehehehe...
Bravo Extravaganza....!!
Sunday, February 19, 2006
Elang Ditaksir Cewek
Minggu kemarin, pas Bella main ke rumah dia nembak si Elang. "Elang, aku sekarang udah putus sama divo. Kamu mau nggak jadi pacarku," ujar Bella polos. Hahahaha, Elang pun cuman senyum-senyum.
Tapi payahnya, Elang sekarang kalo ditanya siapa pacarnya selalu bilang: "Bella Bunga. Kan katanya dia udah putus sama Divo," hahahahaha...... Anak umur 5 tahun gitu lho... Padahal Elang itu nggak tahu apa namanya pacar.
Waktu ditanya, Elang emang pacar apaan? "Aku nggak tahu ma....". Walaaaah.....
Friday, February 17, 2006
Dhimas Naik Sepeda
Jatuh bangun gak kapok-kapok. Semangatnya tinggi banget. Kakaknya kalah deh.
Tapi emang dua anak itu karakternya beda sekali. Kakaknya itu penyayang tapi mudah putus asa, yang juga memang sifat papanya.
Nah, dimas itu semangat fight-nya tinggi sekali. Jatuh bangun ga kapok. Nah, kalo yang ini dia meniru sifat gue.
Wednesday, February 15, 2006
True friend?
Dan parahnya....orang yang dia deket-deketin ke gue dibikin jatuh cinta ke dia. Dan laku-laki itu sekarang kayaknya cinta mati. hik-hik. Jam 12 malam ditelpon pun hadir buat 'Si temen baik' gue itu. Dan 'si temen baik' gue itu selalu cerita dengan bangga bagaimana si lelaki itu memuja dia.
Tapi sudahlah. Semua pasti ada balasanya. Kalo kata si Joice: Liat aja pak Nelo, dulu direktur, sekarang jadi napi. hehehe nggak nyambung ya.
Kalo kata ibunya Eriza, Orang yang diuji oleh harta itu biasanya jarang ada yang bisa melewati, beda dengan ujian kesusahan, justru banyak orang yang bisa melewati. Amin.....
Hari yang menyebalkan
Aaaaaarggh......
Monday, February 13, 2006
Just to remember
Rest in peace papa...
Ditulis di Kompas, 23 Januari 2003 sama temen baiknya mas eko, pak us...
Malpraktik atau Salah Diagnosa, Pasien Juga yang Dirugikan
ELANG, bayi berumur 1,5 tahun itu, harus kehilangan ayahnya. Umurnya masih terlalu muda untuk mengerti apa yang terjadi. Berbeda dengan Nurul Qomariyah (26), ibunya, yang pasti sangat kehilangan suaminya. Keluarga yang baru pindah 6 bulanan ke rumah mungilnya di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur, itu harus melepas orang terkasihnya, Eko Warijadi (35), yang meninggal dalam ketidakpastian diagnosa dokter yang menanganinya.
"Suami saya meninggal karena pelayanan yang diberikan tim dokter terhadap suami saya kurang cermat serta kurang tepat," kata Nurul, yang sedang hamil dua bulan itu. Dia hanyalah satu di antara ratusan pengguna jasa dokter yang merasa tidak puas atas pelayanan kesehatan yang diterima.
Nurul menuturkan, saat di bawa ke sebuah rumah sakit di bilangan Jakarta Timur, tanggal 7 Januari 2003, Eko hanya merasa demam dan pusing. Awalnya Eko didianogsa menderita tifus. Hari kedua, karena Eko menderita sesak napas, dia dinyatakan menderita asma. Pada hari ketiga timbul gejala lain, yaitu mata kuning dan kaki membengkak.
Hari keempat dan kelima, Eko bahkan dinyatakan mengalami penyempitan paru-paru, serta memiliki cairan di jantungnya. Hari keenam Eko sama sekali tidak mendapat pemeriksaan dokter. Kemudian hari ketujuh, karena ginjalnya sudah tidak berfungsi lagi, ketua tim dokter menganjurkan agar Eko mendapat terapi cuci darah.
Sejak awal perawatan dokter, Nurul merasa bahwa tim dokter yang menangani suaminya kurang intensif dalam memeriksa atau memberikan perawatan. "Yang membuat saya makin bingung adalah terapi-terapi yang diberikan dokter tidak membuat suami saya menjadi lebih baik sama sekali," ungkap Nurul prihatin.
Hari kedelapan, karena merasa ada yang tidak beres dengan pemeriksaan suaminya, Nurul memindahkan Eko ke sebuah rumah sakit di Jakarta Pusat. Ketika masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS tersebut, kondisi Eko sudah terlalu parah. Dokter IGD menyatakan, jika dilakukan cuci darah, kemungkinan Eko akan mengalami pendarahan.
Di rumah sakit itulah akhirnya diketahui suami Nurul terserang malaria. Obat yang diberikan tidak mampu memulihkan kondisi Eko yang sudah terlalu parah. Semua organ wartawan senior itu tidak berfungsi lagi. Jantungnya pun semakin melemah sampai akhirnya berhenti dan Eko mengembuskan napas terakhir pada pukul 05.30, Rabu (15/1).
"Andai semua ini hanya mimpi," kata Nurul dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak pernah menyangka suaminya akan pergi dengan cara seperti ini.
Selebihnya adalah penyesalan terhadap tindakan dokter yang salah mendiagnosa penyakit suaminya. "Suami saya hanya diperiksa seadanya. Padahal saya membayar tidak sedikit untuk semua terapi terhadap suami saya," ujar Nurul.
Nurul menyatakan tidak tahu apakah kasus yang dialaminya merupakan malpratik, salah diagnosa atau bukan.
"Namun, yang merasa dokter di Jakarta ini terlalu banyak berpraktik di banyak rumah sakit dengan pasien yang banyak juga," kata Nurul, yang juga wartawan portal berita detik.com itu.
Akibatnya, dokter-dokter semacam itu lalai memeriksa pasien benar-benar dengan cermat, sulit dilakukan. "Sepertinya mereka tidak pernah menyadari kalau akibat ketidakcermatan mereka, sekarang kedua anak saya harus tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Anak saya yang sedang saya kandung sekarang bahkan tidak akan pernah mengenal ayahnya," ungkapnya sedih.
Kisah-kisah seperti dialami Nurul itu sering kali beredar dari mulut ke mulut, melalui milis yang bisa menimpa siapa saja, anak-anak terkasih, suami tercinta, atau sahabat terdekat....
PERSOALAN apakah pasien-pasien seperti itu korban malpraktik atau salah diagnosa juga tak pernah terekam pasti atau terselesaikan secara tuntas. Kepala Kompartemen Hukum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Herkutanto mengakui, belum adanya badan pengawas khusus yang dapat memberikan sanksi jika seorang dokter melanggar keprofesionalan profesinya.
Lebih jauh Herkutanto menerangkan, menjadi dokter yang profesional berarti menyangkut dua hal, yaitu memiliki watak baik dan kompeten. Kedua hal ini harus dimiliki seorang dokter agar dapat dikatakan profesional. "Saat ini, karena profesi dokter cenderung ke arah proletar dan bukan profesional, maka yang diutamakan hanya kompetensi tanpa watak baik. Sehingga sisi kemanusiaan semakin terkikis. Kebanyakan hanya mengejar keuntungan sehingga tidak ada lagi hubungan batin dengan pasien. Maka, tidak heran kalau pasien-pasien rumah sakit hanya diperiksa seadanya," ujar Herkutanto.
Berbeda dengan negara lain, misalnya Inggris, Amerika, atau Singapura, yang memiliki undang-undang praktik kedokteran serta medical council, Indonesia hanya memiliki Dinas Kesehatan dan ikatan profesi.
"Council tersebut memiliki fungsi penting yaitu meregistrasi dokter-dokter yang praktik, melakukan penyelidikan terhadap pengaduan ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan medis, serta memberikan sanksi kepada dokter yang melanggar etika maupun disiplin profesi," katanya.
Menurut dia, saat ini Dinas Kesehatan memang memiliki fungsi pengawasan. Akan tetapi, sejauh ini belum dilaksanakan secara maksimal. Bisa dilihat, dari 5.000 dokter yang memiliki izin praktik dari dinas kesehatan, hanya enam sampai tujuh dokter yang izinnya dicabut. Itu juga karena pindah kota. Jadi, bukan karena dokter tersebut terbukti melakukan malpraktik atau lalai.
Presiden Terpilih Ikatan Dokter Indonesia FA Moeloek saat ditemui, Kamis (23/1), menyatakan, mengenai tuntutan malpraktik harus dilihat kasus per kasus. Tidak bisa digeneralisasi hal seperti apa yang menjadi malpraktik, dan mana yang bukan.
"Oleh sebab itu, kita harus kembali melihat etika kedokteran. Dimulai dengan kemurnian niat, kerendahan hati, kesungguhan kerja, integritas ilmu, integritas sosial, kesejawatan, dan ketuhanan," katanya.
Mengacu pada etika ini, menurut Moeloek, tidak mungkin seorang dokter bermaksud jahat terhadap pasien. Jika terjadi kasus-kasus tertentu, maka tidak bisa langsung dinyatakan sebagai malpraktik. "Batasan tegas seorang tenaga medis melakukan malpraktik adalah jika tindakan tenaga medis tersebut sudah melanggar standar prosedur," ujarnya.
Masalahnya, saat ini setiap rumah sakit memiliki standar of procedure (SOP) yang berbeda-beda, tergantung fasilitas yang dimilikinya.
"Jadi, tidak bisa disalahkan jika dokter tidak melakukan SOP yang sama di rumah sakit yang berbeda," kata Moeloek. Jika memang ternyata masyarakat menemukan kasus-kasus yang dianggapnya malpraktik, mereka dapat membawa masalah ini ke Majelis Kode Etik Kedokteran.
Dia menganjurkan setiap masyarakat juga harus mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai pengguna jasa kesehatan sehingga dapat menuntut jika terjadi ketidaksesuaian," tambahnya.
Marius Widjajarta, dari Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) mengatakan, sampai saat ini peraturan yang mengatur tentang kesehatan hanya Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. UU tersebut banyak yang belum diturunkan menjadi Peraturan Pemerintah (PP). "Dari 29 PP yang harus dibuat, hingga kini baru ada 6 PP. Kemudian langsung ke Keputusan Menteri dan Surat Keputusan Dirjen. Jadi, ada loncatan urutan peraturan," katanya.
"Oleh sebab itu, yang perlu dilakukan agar kasus-kasus malpraktik dapat ditangani dengan baik adalah membuat peraturan atau standar khusus yang jelas, serta membentuk suatu badan yang dapat melaksanakan penegakan hukumnya" kata Marius.
Pada akhirnya, memang hanya pasien yang menjadi korban kelalaian dokter yang dirugikan. Banyaknya kasus malpraktik atau tindakan menyalahi prosedur dan kelalaian yang dilakukan tenaga medis kepada konsumen kesehatan (pasien) menandakan kurangnya perlindungan terhadap pasien.
"Pasien sering kali tidak mengetahui penyakit apa yang sebenarnya menimpanya dan tindakan apa yang seharusnya dilakukan," kata pengacara publik dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta (LBH Jakarta) Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Erna Ratnaningsih, Jumat.
Ketidaktahuan ini disebabkan dokter sering kali kurang memberikan informasi dengan jelas. Selain menggunakan istilah-istilah kedokteran yang sukar dipahami orang awam, dokter juga terkesan enggan menerangkan kepada pasien mengenai rekam medis yang seharusnya menjadi hak pasien.
Data LBH Jakarta menunjukkan, setiap tahun sedikitnya sepuluh orang melakukan pengaduan kepada LBH karena tindakan dokter atau petugas kesehatan yang merugikan. Tindakan tersebut mengakibatkan kecacatan atau kematian pasien.
"Banyak keluarga pasien atau pasien itu sendiri yang mengadu dan minta didampingi oleh kami untuk menggugat dokter atau rumah sakit yang lalai atau disinyalir melakukan malpraktik," kata Erna.
Menurutnya, banyaknya kasus kelalaian dan malpraktik menandakan bahwa perlindungan konsumen kesehatan di Indonesia kurang baik. Padahal, UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen telah mengatur hak-hak konsumen dan sanksi yang ditetapkan kepada badan usaha yang merugikan konsumen. Namun, sering kali dokter tidak dianggap sebagai badan usaha, sehingga tidak terkena aturan tersebut.
Selain itu, tindakan kelalaian dan malpraktik sering kali sulit dibuktikan, karena pasien tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit dan tindakan medis yang dilakukan dokter terhadapnya.
Kalau sudah begitu, bagi pasien seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula....
Nggak terasa ya....
Tapi Elang itu anak yang kuat sekali dan nggak pernah mau menyakiti mamanya. Pun ketika dia sakit, dia nggak pernah mengeluh. He's just like his daddy...
Elang itu bener-bener sumber kekuatan. Dia terlalu sering menyeka air mata mamanya yang mengalir ketika sedih....
Pokoknya gue bangga sekali memiliki Elang dan Dimas.....
Air Mata Mutiara
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.
"Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu." Si ibu terdiam, sejenak, "Aku tahu bahwa itu sakit anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit terkadang masih terasa. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya.
Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.
Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga.
Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
Ini cerita dari sebuah milis. Selalu gue baca disaat merasa putus asa atas semuanya..... Semoga bisa membawa hikmah bagi semuanya....
Happy Birthday Elang
Maaf kalau mama tidak pernah bisa menjadi ibu yang baik...
Maaf kalau mama nggak pernah bisa bawa papa pulang...
Maaf kalau mama menyeret kamu dengan semua kesusahan....
Semoga Elang selalu kuat. Karena Elang lah kekuatan mama....
Semoga Elang senantiasa bisa menjadi kekuatan yang bisa melindungi orang-orang tersayang....
Happy Birthday sayang......