Sebenarnya apa yang menjadi motivasi orang-orang yang terobsesi untuk menikah ? yuk, simak uraian berikut :
1. Sindrom "Butuh Pria"
Banyak wanita berusia pertengahan dua puluhan yang merasa hubungan dengan pacarnya tidak seperti yang didambakan. Tapi banyak dari mereka memutuskan tetap menikah dengan pasangannya karena merasa tidak bisa hidup tanpa pria. Akibatnya terjadi semacam shock di awal pernikahan. Menurut Mary Jo Fay, konsultan di situs helpfromsurvivor.com, jika Anda memiliki sindrom "butuh pria", ingatlah bahwa orangtua Anda telah mengurus Anda dengan baik, berpikirlah dua kali karena berada di bawah "asuhan" pasangan yang sebenarnya tidak cocok hanya akan membawa Anda dalam hubungan yang tidak sehat.
2. Target hidup
Biasanya perempuan selalu menetapkan target pencapaian berdasarkan umur, dan dibuat sangat spesifik. Misalnya menikah di usia 23, punya anak paling lambat 25 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh beberapa psikolog, sebenarnya perempuan, sama halnya dengan pria juga takut untuk berkomitmen, tetapi "target-target" tadi menekan mereka. Semakin dewasa dan makin luasnya wawasan, biasanya mereka akan melupakan target tadi. Bukankah lebih baik menunda pernikahan daripada terperangkap dengan orang yang salah ?
3. Tik Tok
Jam biologis masih menjadi salah satu faktor mengapa banyak perempuan muda memutuskan cepat menikah. Ketika seorang wanita menjalin hubungan dengan seorang pria, yang mereka inginkan adalah sebuah hubungan yang serius, dalam arti dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Terlebih jika usia sudah masuk kepala tiga, bayangan menggendong bayi sudah menari-nari di kepala.
4. Lingkungan dan Keluarga
Hidup dalam masyarakat yang ikatan kekeluargaannya masih kuat seperti di Indonesia tidak selalu enak. Salah satunya adalah tuntutan dan desakan dari keluarga besar jika ada salah satu anggota keluarga yang belum menikah. Ada sebagian keluarga yang menggangap bercerai masih lebih baik "ketimbang" tidak menikah sama sekali. Usia 30 tahun adalah angka keramat, jika sampai usia tersebut perempuan belum menikah dan tidak ada tanda-tanda menjalin hubungan serius, orang akan berpikir apakah ada yang salah.
5. Uang
Desakan ekonomi ternyata menjadi salah satu alasan sebagian perempuan untuk menikah. Memiliki suami kaya raya, hidup enak tanpa perlu bekerja keras masih menjadi impian. Banyak pula yang akhirnya bercerai ketika usia perkawinan mereka belum berjalan 5 tahun. Pati (35)seorang ibu satu anak dan sudah bercerai di usia 29 tahun, membagi pengalamannya : "meski mantan suami saya berasal dari keluarga kaya, tetapi sejak tahun lalu ia berhenti memberi tunjangan pada anak kami. Sekarang saya melanjutkan kuliah dan bekerja keras membesarkan anak saya, kelak ketika ia akan menikah saya akan memastikan ia menikah karena cinta, bukan uang".
Membuat deadline kapan menikah
Do’s
Realistis
Membuat deadline kapan kita akan menikah sah-sah saja, tergantung apa motivasi yang melatar belakanginya. Dengan adanya deadline kita akan bekerja keras untuk mencapai tujuan, asalkan bukan menikah hanya untuk melengkapi tujuan
Tahu apa yang dicari
Tanyalah pada diri sendiri ; bagaimana kita ingin menjalani hidup ? dengan siapa ? di mana ? setelah semua pertanyaan itu terjawab, siapa tahu Anda akan sadar kalau selama ini hanya membuang waktu karena berhubungan dengan orang yang salah.
Hargai target pasangan
Jika sekarang Anda sudah menemukan Mr.Right tetapi ia belum ingin menikah, bersabarlah. Kita tentu tahu kalau pria biasanya takut berkomitmen, bukan berarti si dia tak ingin serius, bisa jadi itu karena ia sedang menikmati masa-masa berpacaran. Kebanyakan wanita merasa dikejar deadline dan takut tidak jadi menikah dengan pasangannya, justru yang sebenarnya adalah jika kita terlalu menekan bisa-bisa si dia kabur ketakutan. Pernikahan bisa terjadi jika dua belah pihak sudah siap bukan ?
DON’T...
Menikah menjadi tujuan hidup
Lebih baik menunda atau bahkan menolak lamaran jika hati kecil kita mengatakan tidak, daripada menghabiskan hidup tanpa rasa bahagia. Masih ingat kisah Becky di atas bukan ? karena obsesinya untuk menikah ia jadi "gelap mata" dengan menjalin hubungan dengan pria yang salah.
Semua dijadikan beban
Mari kita andaikan deadline Anda telah lewat dan Anda masih juga melajang. Atau misalnya Anda telah menjalin hubungan dengan seorang pria yang baik tetapi he’s not the one, dan Anda merasa kesal karena merasa membuang waktu dengannya. Sebenarnya tidak ada yang sia-sia, jadikan pengalaman itu sebagai pelajaran. Itu yang disebut dewasa. Tidak ada yang bisa menggantikan pengalaman hidup dari kesalahan yang pernah kita buat, karena dari situ kita justru bisa memilih orang yang lebih baik.
Lupa bersyukur
Seringkali kita jadi kecewa dan merasa jadi orang yang paling berbahagia dan hidupnya tidak lengkap karena masih melajang. Kita jadi lupa kalau kita dikelilingi orang-orang yang sayang dan perhatian ; keluarga, sahabat, teman-teman. Ibarat pepatah, karena nila setitik rusak susu sebelangga.
Wanita yang percaya bahwa dirinya tetap manusia yang utuh tanpa pria, tetapi juga menikmati hidup dan membaginya dengan pria telah terbukti memiliki perasaan yang kuat dan biasanya memiliki hubungan yang sehat dan menyenangkan dengan pasangannya. Dan wanita-wanita dalam golongan ini sudah merdeka dari tuntutan deadline. Biarkan semua mengalir dengan wajar, tak ada yang perlu dikejar. Selama kita tetap membuka diri untuk bertemu banyak orang, seseorang yang istimewa akan datang pada saat yang tepat.
Now, just decide .....
No comments:
Post a Comment