Wednesday, March 22, 2006

Teman Penuh Kebencian

Gue punya temen. (nggak usah gue sebut namanya). Orangnya selalu penuh kebencian, tak terkecuali sama gue. Setiap kali bicara dengan gue, nadanya selalu tinggi, panas dan emosi. Padahal gue selalu berupaya nggak menyinggung perasaannya. Gue juga sempat menyangka dia itu bisa gue anggap kakak gue mengingat usia yang memang lebih tua.

Ada beberapa kali kejadian yang bikin gue sedih sekaligue miris. Apa ya, salah gue sama dia???? @%#$$$$$

Pertama, waktu divestasi Bank Niaga. Ketika itu, memang ribet sekali adanya. Gue masih reporter, dan sendirian di lapangan. Padahal di DPR narasumber lagi bejibun. Trus satu tape gue titipin, dan gue wawancara syahrial sambil nyatet. Nggak ada yang salah dengan laporan gue. Tapi ternyata anak yang di bursa komplen, katanya berita gue bikin heboh di pasar. Yang gue sangat inget, dia nggak ngebelain gue dan justru menjatuhkan gue di depan para 'bos'.

Kedua, waktu itu dia mau titip makanan di PIM. HP nggak gue angkat, eh dia marah-marah. Buntutnya dia nyerocos aja seharian, dan bermuka asam.

Ketiga, waktu gue dapat promosi jabatan. Waktu itu, memang gue konsul ke dia. Wah, dia keliatannya antusias mendukung gue lhooo. Tapi ternyata, itu hanya manis di depan. Di belakang (gue dibisikin sama temen), dia ngomong berbeda dan cenderung (sekali lagi) menjatuhkan gue. Temen gue itu bilang gue sok pamer lah, belum diangkat resmi udah nyombong lah. Padahal suer, gue nggak mau posisi ini.

Waktu mau pindah kantor, dan gue dapat meja deket bos dia nyindir. "Wah, itu kan emang tempatnya buat yang gila jabatan, ambisius ". Masya Allah.....

Dan setelah gue memang dapat posisi itu, dia memang cenderung sering menjatuhkan gue. Dia selalu berbicara dengan nada sengit. Padahal gue sudah berupaya ngomong sehalus mungkin.

Trus kejadian waktu dia nulis berita. Waktu itu memang tepatnya di kanal gue, tapi meski dia lain kanal, dia nulis berita itu. Dan bos pun nanya kedia. Wah, dia langsung dengan ketus bilang. "Emangnya gue bego. Gue juga tahu, masuk ekonomi kan".

Gue pun hanya bisa tersentak. Merasa tidak bersalah, gue pun kasih penjelasan ke dia bahwa gue bukan yang meminta berita itu. Dia pun akhirnya minta maaf.

Yang gue nggak habis mengerti, kenapa ya dia harus sesinis itu ke gue. Apa sih yang dia iri dari gue? Ngga ada. Dia masih punya keluarga lengkap, suami. Gue enggak.

Padahal dia juga pernah bersumpah di depan jasad Mas Eko bahwa dia akan selalu menjaga keluarga gue. Tapi kenyataannya, dia malah menjaga untuk terus menyakiti gue dan keluarga.

Ya Allah, semoga yang menanam akan menuai. Beri saya kesabaran untuk menghadapi orang ini..... Amin

No comments: